Kekuatan Allah yang Tak Tertandingi

Dalam buku From the Pit to the Pulpit (Dari Liang ke Mimbar), John Stroup membagikan kisah tentang tekanan hidupnya yang sangat kuat dan kejam, yang membuatnya babak belur secara jasmani, seksual, dan emosional. Ia menulis, “Saya sudah menggunakan narkoba sebelum saya bisa mengemudi. . . . Saya berhenti bersekolah dan semakin terjerumus dalam gaya hidup kriminal.” Pada akhirnya, tindak kriminal yang dilakukan John menjebloskannya ke dalam penjara. Saat menjalani lima tahun masa hukumannya, firman Tuhan dalam Alkitab menjadi nyata baginya, sehingga ia pun merendahkan hatinya di hadapan Allah. Oleh kasih karunia Allah, ia dibebaskan dari kebiasaan-kebiasaan yang selama ini menguasai dirinya.

Serupa dengan Kristus

Seperti kebanyakan anak yang besar di dekade 1950-an dan 60-an, saya menekuni olahraga bisbol sebagai hobi. Setiap hari saya tidak sabar untuk pergi ke taman dan bermain bisbol, dan salah satu kegembiraan terbesar saya adalah saat saya mengenakan kaus tanding yang bertuliskan nama tim kami—GIANTS! Meski nomor 9 di punggung membedakan saya dari yang lain, seragam tersebut menjadi identitas bahwa kami semua anggota dari tim yang sama.

Doa Yesus

Yesus, bagaimana Engkau berdoa untukku? Saya tidak pernah terpikir untuk menanyakan hal itu sebelumnya, sampai teman saya, Lou, membagikan pengalaman tentang jeritan hatinya kepada Tuhan. Saat itu Lou sedang menghadapi situasi yang membutuhkan hikmat dan kekuatan hati yang lebih besar dari biasanya. Setelah mendengar teman saya mengungkapkan pertanyaan penting itu melalui doa, saya memperoleh dimensi baru dalam pemahaman dan praktik doa saya sendiri.

Hadiah Pemberian

Dalam pidatonya kepada 1.200 lulusan universitas pada tahun 2024, pengusaha miliarder Robert Hale Jr. berkata, “Masa-masa sulit ini telah meningkatkan kebutuhan untuk berbagi, peduli, dan memberi. [Saya dan istri saya] ingin memberi kalian dua hadiah: yang pertama adalah hadiah kami untuk kalian, yang kedua adalah hadiah pemberian.” Ucapannya lalu diikuti dengan pembagian dua amplop kepada masing-masing lulusan yang tidak tahu-menahu—500 dolar untuk mereka sendiri, dan 500 dolar lagi untuk mereka teruskan kepada seseorang yang membutuhkan.

Wow!

“Wow!” adalah respons dari tim pelayanan kami terhadap sebuah lokasi retret yang indah. Tempat itu dibeli dengan harga mahal oleh seseorang yang memiliki visi untuk membawa penyegaran dan penguatan bagi orang-orang yang aktif dalam ladang pelayanan. Kami takjub dengan kasur bertingkat dua berukuran queen (180 cm x 160 cm) dan kamar tidur suite dengan kasur berukuran king (200 cm x 200 cm). Dapur dan area ruang makan yang lengkap dengan perlengkapan mewah juga memanjakan mata kami. Kemudian, di saat kami mengira telah melihat semuanya, masih ada kejutan-kejutan lainnya—salah satunya lapangan basket dalam ruang yang sangat luas. Memang pantas kami mengucapkan “wow!”

Berbagi Bahan-Bahan Rohani

Tempat dan akomodasi yang kami gunakan untuk acara pertemuan kepemimpinan di pusat kota Chicago terasa sangat kontras dengan keadaan serba berkekurangan yang saya temui dalam perjalanan ke sana—dan itu termasuk orang-orang miskin yang kekurangan makanan dan tempat tinggal. Kesenjangan itu menolong saya untuk membayangkan dan merumuskan hal-hal yang perlu kami sertakan dalam perencanaan lembaga kami, yang sesuai dengan visi untuk melayani kota ini dan tempat-tempat lain—yakni untuk menghadirkan bahan-bahan rohani (apa pun yang diberikan Allah untuk dapat menyebarkan pesan tentang kasih dan keselamatan-Nya) di tempat-tempat yang paling membutuhkannya.

Kemenangan dari Kebaikan Hati

Ketika Jackie Robinson, pemain kulit hitam pertama di Liga Utama Bisbol modern, bertanding di Shibe Park, Philadelphia, tanggal 9 Mei 1947, Doris yang berusia 10 tahun berada di tribun atas bersama ayahnya. Ketika seorang pria tua berkulit hitam berjalan menuju kursi di sebelah mereka, ayah Doris membuka percakapan untuk berkenalan dengan pria tersebut. Doris mengatakan bahwa percakapan kedua pria tentang skor pertandingan bisbol itu membuat ia merasa lebih dewasa. Di kemudian hari, ia berujar, “Aku takkan pernah lupa bapak itu dan juga senyum di wajahnya.” Interaksi yang menyenangkan antara Doris, seorang gadis muda berkulit putih, dan pria tua baik hati dari keturunan budak tersebut menjadikan hari itu istimewa.

Diterima Yesus Apa Adanya

Sejak kecil, hidup Eric telah diwarnai banyak tantangan, termasuk ruam kulit yang parah, masalah di sekolah, dan kecanduan alkohol atau narkoba setiap hari pada usia yang sangat muda. Namun, pemuda yang menjuluki dirinya sendiri sebagai “raja kejahatan” itu merasa cukup mahir bermain bisbol—walau akhirnya ia pun berhenti menekuni bisbol karena mengalami diskriminasi. Hal ini justru membuatnya memiliki lebih banyak waktu untuk menggunakan dan mengedarkan narkoba.

Kepedulian dalam Kristus

Nyonya Charlene, ibunda teman saya Dwayne, berusia 94 tahun dengan tinggi sekitar 150 cm dan berat badan kurang dari 45 kg. Namun, beliau masih berusaha semampunya untuk merawat sang putra, yang tidak dapat mengurus diri sendiri karena terhalang oleh kondisi kesehatannya. Biasanya beliau tinggal di lantai atas di rumah mereka yang bertingkat dua. Ketika ada tamu yang berkunjung, dengan perlahan-lahan beliau akan menuruni 16 anak tangga sampai ke lantai bawah untuk menyambut mereka, sama seperti yang beliau lakukan untuk membantu merawat putra yang dikasihinya.